Sabtu, 17 November 2012

PERAN KAMMI DI KAMPUS


Bismillahirrohmanirrohim

Pendahuluan

            Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia atas nikmat beriman, berislam dan nikmat kesehatan, senantiasa mengharap ridhoNya untuk diberikan kekuatan dalam menjaga ukhuwah dan keistiqomahan di jalan dakwah ini. Shalawat terukir atas tegaknya islam dimuka bumi ini dengan upaya dan kemaslahatan yg dijunjung Nabi Muhammad SAW untuk menwujudkan Islam sebagai rahmatan lil ‘ alamin.
            Genap 13 tahun perjuangan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) sebagai salah satu penggerak dinamika politik di Indonesia semakin menunjukkan perbaikan dalam tatanan pengelolaan organisasi. Sejak 1998 dideklarasikan sebagai organisasi pergerakan mahasiswa berbasis ideologi islam, KAMMI yang saat itu mengusung perubahan tatanan sistem pengelolaan pemerintahan yang saat itu orde baru berkuasa tidak mampu bertahan atas krisis multidimensi. Dalam momentum Muktamar Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus Nasional (FSLDKN) di Malang, KAMMI menjadi sebuah kekuatan yang seakan tak terpisahkan untuk saling sinergis dan akomodatif untuk memperjuangkan nilai-nilai dakwah menuju Indonesia yang madani.
            Sepuluh tahun awal KAMMI mengusung fase resistensi dan resolusi, dengan gebrakan awal pada medio ’98 bersama-sama front-front aksi mahasiswa yang menentang pemerintahan rezim orde baru, hingga menumbangkan dengan tidak sedikit pengorbanan yang diberikan. Begitu banyak saat itu perjuangan yang bersama-sama dilakukan, HMI dengan catatan sejarah yang dimilikinya, FKSMJ yang memotori senat se-Jakarta hingga Forum Kota yang dengan ideologi nasionalis ke”kiri” annya bergabung untuk tujuan yang sama, REFORMASI!!!.   Tibalah di fase selanjutnya yaitu, Rekonstruksi dan Kepemimpinan. Dua aspek pilihan dari tagform KAMMI untuk menguatkan peranan terbuka bagi para kader-kadernya untuk rakyat Indonesia. Pada kepengurusan al akh Rijalul Imam telah meletakkan dasar-dasar dalam politik peradaban. Pertanyaan selanjutnya pada kepengurusan selanjutnya, bagaimana usaha yang akan dilakukan merekonstruksi arah perjuangan yang nyata menuju perbaikan pengelolaan KAMMI secara internal dan memiliki dampak secara eksternal, Pertanyaan utamanya adalah bagaimana leading sector publik yang harus banyak dari kader masuk ke dalam sistem dengan wajah formal KAMMI maupun sebagai personal yang tetap membawa manhaj KAMMI di forum-forum lintas pergerakkan?.
            Keterlibatan KAMMI dalam menyikapi konstelasi politik kampus hari ini adalah dapat mengarahkan KAMMI sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam dinamika apapun yang melibatkan unsur mahasiswa dan kebijakan atasnya, baik didalam dan diluar kampus. Bukan berarti KAMMI tidak memiliki ladang amal yang pasca reformasi hilang begitu saja, seakan tidak ada lagi macan yang akan menerkam. Sehingga lambat laun muncul paradigma dinamika mahasiswa di beberapa kampus mulai tidak menunjukkan citra positif dalam demokrasi kemahasiswaan, dan nyata hal itu dekat dengan kita. Untuk itu sikap tegas dan kemampuan KAMMI membaca arah keinginan publik maupun pemegang kekuasaan kampus dalam menerjemahkan perjuangan yang perlu penyesuaian atas era yang berganti dan tanpa melupakan asas perjuangan yang belum tuntas agar dapat mengarahkan pemerintahan mahasiswa menuju pergerakan yang massif di masa lalu.


KAMMI dan Perjalanannya

            Sejalan dengan usia yang semakin matang dan semakin dikenal publik dengan sepak terjangnya. Izinkan saya menggambarkan perspektif KAMMI sebagai orang yang sebenar-benarnya belum mengetahui KAMMI secara mendalam. Dengan perspektif yang dangkal dan semoga bisa menemukan keberadaan KAMMI dalam Dauroh Marhalah maupun Dauroh tarqiyah lainnya.
            Sejak saya menyadari keberadaan KAMMI ada sebuah buku tentang perjuangan KAMMI pada saat 1998 yang memberikan dampak sangat luas dukungan bagi sebuah organisasi yang mampu dengan cepat menggalang kekuatan yang memberikan efek yang cukup menggetarkan pemerintahan. Tidak tahu alasan begitu tepatnya momentum KAMMI berdiri sebelum jatuhnya rezim yang bertahan selama 32 tahun. Melihat dari perspektif visi gerakan KAMMI dilandasi pemahaman akan realitas bangsa Indonesia dengan berbagai kemajemukannya, sehingga KAMMI akan bekerja untuk kebaikan dan kemajuan bersama rakyat, bangsa dan tanah air Indonesia. Visi ini menunjukkan makna Kesatuan Aksi yang digunakan pada dua kata pertama dari nama KAMMI kemampuan memahami realitas kemajemukan pemikiran yang berbeda, dengan gerak yang padu untuk menyatukannya bersama rakyat dengan Mahasiswa Muslim sebagai agen penggerak terdepan.
            Kekuatan inti KAMMI adalah kalangan mahasiswa pada berbagai stratanya yang memiliki komitmen perjuangan keislaman dan kebangsaan yang jelas dan benar, dari potongan visi pemilihan nama yang menunjukkan legitimasi KAMMI sebagai penghimpun agen-agen perubahan yang memiliki komposisi kepakaran yang mampu memberikan kontribusi di tingkat kepahaman gerak di masing strata-strata pendidikannya. Serta dengan mengedapankan nilai keislaman dan kebangsaan sebagai bukti komitmen sejatinya.
            KAMMI pada saat berdirinya mungkin berada ditengah-tengah organisasi yang lebih dahulu muncul, tetapi tidak menghalangi KAMMI dalam mengambil peran penting dalam era reformasi. Dengan kekuatan moral yang diemban dalam memotori gerakan para aktivis dakwah dengan jatuhnya nilai-nilai kebangsaan dan negarawan yang sejatinya memimpin bangsa ini.
            Perjalanan KAMMI mengawal sejak sebelum turunnya Soeharto hingga mengamankan hasil dari Sidang Istimewa yang memberikan sebuah pencerahan bagi publik dan berturut-turut hingga terselenggaranya Pemilu 1999 sebagai bentuk demokrasi kepartaian yang dimaknai secara terbuka dan semakin terasa dengan partisipasi partai politik pada masa itu. Hingga pada awal dari era Abdurrahman Wahid sebagai Presiden, KAMMI tetap mengambil peranan dalam bagian dari buffer politik yang saat itu cukup kondusif. Pada saat itu dengan lahirnya poros tengah sebagai proses eksistensi yang sudah lama bagi para pemimpin islam dalam menyatukan arah perjuangan ini, dengan komposisi kepemimpinan yang cukup didominasi tokoh pengusung reformasi.
            Seiring dengan perjalanan kepemimpinan Gus Dur yang kontroversial mengembalikan sikap kritis para Mahasiswa yang belum luntur berturut-turut hingga jatuhlah talak bagi Gus Dur, hingga Megawati Soekarnoputri yang naik meggantikan. Cerita panjang ini menorehkan catatan pribadi bagi KAMMI yang makin meluas dan memperkuat diri di pusat maupun daerah. KAMMI telah menunjukkan kemampuan adaptif dan revolusionernya dalam mengemban Gerakan berbasis moral, intelektual yang secara substansi digerakkan rasio-rasio pemikir bukan egoisitas dalam aksinya.

KAMMI hari ini, Siap Bertransformasi

            Sejarah telah menentukan KAMMI harus dan berperan menajdi pelopor kebangkitan bangsa dengan menjadi pemimpin Negara dan membentuk masyarakat yang madani. Sebagai rekonstruksi kearah sana KAMMI harus dapat menentukan agenda-agenda perbaikan dan perubahan yang secepatnya tanpa menunggu momentumnya.
            Membangun jejaring strategis dan sinergis adalah sebagai bentuk langkah lanjut rekonstruksi dari tahap awal yang telah dibangun. KAMMI harus mampu membangun fungsi-fungsi tawar kepada pemegang kebijakan yang berbobot dengan usaha-usaha mengimplementasi misi transformasi dan misi korektif dengan pendekatan kerja berupa kemampuan transformasi dengan gerakan penyadaran sosial-politik, penularan gagasan moral bangsa dan hak-hak asasi manusia alam islam yang dapat membangun peradaban bangsa. Kemudian KAMMI mengusung misi korektif yang mengedepankan pada berbagai kebijakan atau sikap yang menentukan hajat orang banyak.
            Secara eksternal, KAMMI harus mampu membina hubungan, membangun konsolidasi jejaring lintas gerakan. Secara utuh KAMMI membutuhkan SDM yang matang secara pemahaman, keilmuan dan kekokohan emosional dan semangatnya. Kemampuan kader KAMMI membuka ruang dengan tidak terpaku pada satu posisi akan mendukung peran KAMMI terhadap publik secara luas, pengenalan ideologi, penyebaran ideologi dan mengaktualisasikannya.
            Saat ini, gerakan intelektual dijadikan sebuah alasan besar bagi sebagian besar mahasiswa hingga para aktivis dakwah enggan menyebut dirinya dan mau terlibat dirinya dalam pergerakan yang lebih komprehensif. Karena pada dasarnya gerakan mahasiswa merupakan gerakan intelektual, gerakan moral, gerakan sosial, gerakan politik, gerakan massa, jadi harus seimbang dalam proporsi masing-masing karakter tersebut.
            Kemampuan gerak Mahasiswa tercermin dengan mampu membawa substansi Intelektualitas dalam karakter bergerak dengan rasio yang tercermin sebagai pemikir bukan rasio egoisitas yang dominan. Sehingga dalam kerjanya selalu perorientasi dalam pendekatan kerja bukan pendekatan berbasis pembenaran ego, dengan tujuan memberika solusi-solusi untuk perbaikan bangsa. Namun saat ini, gerakan intelektual dijadikan mainstream yang mengesampingkan karakter gerakan lain.

KAMMI di Kampus Airlangga       

            Situasi saat ini KAMMI Airlangga pasca Musyawarah Komisariat beberapa waktu lalu, dengan suksesi yang ditandai pergantian kepemimpinan sebagai bentuk perubahan arah gerak KAMMI dan Unair dalam satu tahun kedepan. Merefleksi setahun kemarin hingga pada hari ini dengan keinginan mengintegrasikan kembali KAMMI dan Kampus. Berkaca dari awal dilahirkannya KAMMI dan Kampus adalah satu kesatuan. Tetapi seiring perjalannya, LDK cenderung terlihat melepas diri dari agenda-agenda Dakwah Kampus yang berada diluar dengan padatnya agenda-agenda syiar di kampus. Tetapi hal itu semua tidak mutlak, faktor penentu utama adalah KAMMI sendiri yang tidak dapat melibatkan diri secara eksis di Kampus dan cenderung menjaga interaksi sebagai status yang disandang sebagai Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus (ORMEK). Dari latar belakang dinamika yang terjadi sehingga tidak banyak kader KAMMI yang menyatakan dirinya secara terbuka ketika ORMEK lain dengan nyata-nyata mewakili kelompoknya.
            Peran keterbukaan terhadap pemahaman integrasi antara KAMMI dan siyasi kampus belum terlihat mulus, terutama beberapa fakultas yang secara dinamika pergerakannya tidak memiliki aktualisasi yang banyak dalam hal politik kampus seperti FKG, harus disadari mulai dari hari ini sangat penting untuk memiliki seorang kader dengan karakter yang ditempa sebagai kader KAMMI. BEM FKG dan Persatuan Senat Mahasiwa Kedokteran Gigi Indonesia dengan keadaan dinamika saat ini yang berkembang harus mampu memiliki pola pikir yang siap bersinggungan dengan lintas konsep-konsep berpikir dari gerakan maupun mainstream yang berbeda-beda.
            Dinamika saat ini, adalah bagaimana kader-kader KAMMI dengan keterbatasan dari peran ormawa, seharusnya memiliki tanggung jawab dalam penyelesaian krisis kepemimpinan mahasiswa, hingga saat ini berujung pada ketidakpastian dan pihak Rektorat justru semakin masuk ke ranah-ranah yang seharusnya tidak demikian dilakukan, seperti dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 155/U/1999 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi pada Pasal 6 berbunyi, “Derajat kebebasan dan mekanisme tanggung jawab organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi terhadap perguruan tinggi ditetapkan melalui kesepakatan antara mahasiswa dengan pimpinan perguruan tinggi dengan tetap berpedoman bahwa pimpinan perguruan tinggi merupakan penanggungjawab segala kegiatan di perguruan tinggi dan/atau yang mengatasnamakan perguruan tinggi”. Hal ini sangat tidak menguntungkan karena demi pengamanan pergerakan mahasiswa, kampus punya ranah-ranah untuk aktivitas organisasi mahasiswa tetap terpantau,. Kekhawatiran itu apakah mungkin bisa  ditepis dengan acuan setiap dari personal Aktivis Dakwah Kampus memiliki kompetensi siyasinya secara kuat dalam geraknya di Kampus. KAMMI diharapkan sebagai wadah yang saat ini dapat menyiapkan agenda rekonstruksi secara menyeluruh dan berperan dalam penyelamatan status Ormawa di tingkat Universitas Airlangga.
Wallahu ‘alam bis showab

 *disusun sebagai syarat mengikuti Dauroh Marhalah 1

Sabtu, 21 Januari 2012

WASIATKU KEPADA KALIAN, WAHAI IKHWAN (Hadith Tsulasa')


Kita panjatkan puji syukur kehadrat Allah swt. Kita ucapkan selawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W, seluruh ahli keluarga dan sahabatnya, serta sesiapa saja yang menyerukan dakwahnya hingga hari kiamat. Wahai Ikhwan yang terhormat, saya sampaikan salam penghormatan Islam, salam
penghormatan dari Allah, yang baik dan diberkati: assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh. Sebelum kita memasuki kajian tentang kitab Allah swt. saya ingin mengingatkan wahai Ikhwan, bahawa ketika menyampaikan kajiankajian ini, kita tidak semata-mata bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan melakukan analisis ilmiah. Tujuan kita adalah membimbing rohani dan akal untuk memahami makna-makna
umum yang terkandung di dalam Kitabullah. Sehingga dari sini kita dapat memiliki prasarana untuk memahami Al-Qur'anul Karim, ketika kita membacanya. Dengan demikian, kita telah melaksanakan sunnah tadabur, tadzakur, dan mengambil pelajaran sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Allah swt. 

"Sesungguhnya Kami telah mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mahu mengambil pelajaran itu?" (Al-Qamar:32) 

"Ini sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan barakah, supaya mereka memerhatikan ayat-ayat-Nya dan orang-orang yang mempunyai fikiran mengambil pelajaran." (Shad: 29)

Ikhwanku yang tercinta, kajian-kajian tentang ayat-ayat Al-Qur'an Al-Karim yang hendak saya sampaikan ini, tidak saya maksudkan menghimpun secara lengkap dan luas aspek-aspek ilmiah dalam tema yang sedang
kita bahas, tetapi saya sekadar ingin mengarahkan rohani, hati, dan fikiran kepada maksud-maksud luhur yang dikehendaki oleh Kitab Allah swt., Al-Qur'anul Karim, ketika mengemukakan suatu pengertian. Jika ini telah
terwujud, wahai Akhi, maka di depan Anda dan di depan para pembahas yang lain terbuka pintu yang lebar untuk mengadakan kajian dan analisa. Silakan mengkaji sekehendak Anda dan mempelajari dengan lebih terperinci. Sungguh saya percaya, Ikhwan tercinta, saat-saat ketika kita berbahagia dengan perjumpaan kita seperti ini, tidak memberikan kesempatan yang luas kepada kita untuk mengadakan analisis ilmiah yang menghuraikan tema perbahasan dari segala sisi. Ikhwanku, satu-satunya tujuan kita dari kajian-kajian ini adalah agar kita dapat merenungkan isi kitab Allah swt. Ia ibarat lautan yang kaya dengan mutiara. Dari arah mana pun Anda mendatanginya, Anda akan memperoleh kebaikan yang melimpah ruah.


Kerana itu, perbahasan kita berkisar pada tujuan-tujuan yang bersifat global dan umum, yang dikemukakan oleh ayat-ayat Al-Qur'anul Karim. Ikhwan sekalian, marilah kita tolongmenolong untuk menyingkapnya. Alhamdulillah, tujuan-tujuan tersebut cukup jelas dan terperinci. Harapan kita, semoga masing-masing dari kita memperoleh kunci pemahaman kitab Allah, untuk memahami ayat-ayatnya. Dengan demikian, ia dapat menggunakan kunci tersebut untuk berinteraksi secara langsung dengannya setiap kali ia memperoleh waktu lapang dan setiap kali ia ingin menambah cahaya, faedah, dan manfaat yang ditimbanya dari Kitab ini.
Saya tidak menuntut bahawa kajiankajian ini merupakan puncak segala kajian, kerana setiap kali manusia melakukan penjelajahan fikiran dan pandangan mereka terhadap kitab Allah swt. nescaya ia akan mendapati makna-maknanya ibarat gelombang laut yang tak pernah habis dan tidak bertepi. Kerana Al-Qur'an adalah firman Allah Yang Maha tinggi dan Maha besar. 

Pesan saya kepada kalian, wahai Ikhwan, hendaklah kalian menjalin hubungan dengan Al- Qur'an setiap saat, supaya kalian mampu mendapatkan ilmu baru setiap kali berhubungan dengannya. Ya Allah, janganlah Engkau biarkan kami mengurus diri kami sendiri walau sekejap pun, atau lebih cepat dari itu, wahai Sebaik-baik Dzat Yang Mengabulkan! 

Hassan Al-Banna


Pertunjukan Wayang Paper Toys (PETO) Sebagai Media Penyuluhan Kebersihan Gigi dan Mulut pada Anak Usia Dini
(Paper Toys (Peto) Puppet Live Show as Media of Dental Hygiene Education in Early Aged Children)
Ufo Pramigi 1*, Herawati 2**, Udijanto Tedjosasongko 2
-------------------
1  Mahasiswa Strata 1 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga BHMN Surabaya-Indonesia
2 Staf Pengajar Departemen Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga BHMN Surabaya-Indonesia

ABSTRACT
Background. The prevalence of dental caries in five years old was 86.4%. Health education played role in change someone's attitude towards personal health as a result of learning experiences. Media serves as a tool for educators that were used in extends the dental health education. It helped a children in developing their cognitive, affective and psychomotor aspect. Purposes. The aim of this study was to find out the different levels of oral hygiene in five years old children. before and after watching a PETO puppet live show. Material and Method. The sample was 35 children, who were taken from Mojo Indah Kindergarten as control group and Muhajirin Kindergarten as experiment group. 15 children from control group were given DHE with conventional method, while 20 children from experiment group were given DHE through PETO puppet live-show. The oral hygiene was measured by using PHP index, before and after brushing their teeth. The measurements were taken on labial, buccal, and lingual surface from six teeth to obtain index score of PHP. Results. There was no significant difference between conventional method and PETO puppet live show, the Significance of P-value: 0.942 ≥ α (0.005). Conclusion . There was not any different level of oral hygiene between PETO puppet show and conventional method. Both media could be used as a media to educate 5 years old children about DHE.


Keyword
Paper Toys (PETO), Brushing Teeth, Children, Puppet Live show

Penyembuhan Jaringan Tulang Trauma Dentoalveolar


            Trauma fraktur pada tulang didapatkan karena kondisi kekuatan luka trauma lebih kuat dari kekuatan tulang menahan tekanan tersebut. Seperti kondisi jaringan lainnya, didapatkan keadaan luka membentuk bekas luka, tulang pun memiliki kapasitas regenerasi perbaikan jaringan, (Berman, 2007) Penyembuhan fraktur yang memuaskan bergantung pada reduksi (mengembalikan fragmen-fragmen) yang adekuat, dan immobilisasi. (Pedersen, 1996). Penyembuhan fraktur tulang prinsipnya hampir sama dengan proses penyembuhan luka pada umumnya, bisa dapat secara primer maupun sekunder tergantung dari banyak faktor yang berpengaruh dalam penyembuhan tersebut. Perbedaannya justru pada hasil akhir penyembuhan tulang itu sendiri.
Penyembuhan tulang terbagi menjadi dua, Penyembuhan fraktur tulang secara primer, yaitu penyembuhan yang relative secara cepat tanpa pembentukan kalus terlebih dahulu. Penyembuhan secara primer dapat terjadi bila dilakukan excellent anatomic reduction, yaitu pengembalian posisi tulang fraktur secara anatomis sangat sempurna. Kedua, Penyembuhan tulang secara sekunder. Diartikan penyembuhan ini melalui tahapan pembentukan kalus yang berfungsi untuk mencegah atau mengurangi mobilitas antar fragmen tulang selama proses penyembuhan berlangsung. Penyembuhan ini terjadi bila perawatan dilakukan dengan metode tertutup tanpa intervensi bedah dan dilakukan fiksasi dengan semirigid.
            Secara rinci disebutkan Weinmann dan Sicher proses penyembuhan dalam 6 tahap penting:
1) Tahap Pembekuan darah atau clotting, maka akan terjadi kerusakan jaringan pembuluh darah, bone marrow, cortex, periosteum, otot-otot dan jaringan lunak di sekitar fraktur. Proses ini terjadi 6-8 jam. Pertama setelah fraktur.
2) Tahap organisasi bekuan darah. Pada daerah perdarahan terdapat fragmen-fragmen dari periosteum, otot, fascia, tulang dan bone marrow sebagian akan mengalami resorbsi dan pengeluaran dari daerah ini. Selanjutnya terjadi invasi kapiler ke dalam bekuan darah yang diikuti sel-sel fibroblaspada sekitar 24-48 jam. tahapan ini secara klinis terlihat hematom pada daerah sekitar trauma.(Berman, 2007) Hematom adalah perdarahan setempat yang membeku dan membentuk massa yang padat.(Pedersen, 1996) Hematom dapat meluas sepanjang atau periosteum, biasanya bermula sebagai pembengkakan rongga mulut, fasial atau keduanya yang sering berwarna merah atau ekhimotik. Keadaan ini terjadi selama 24-48 jam awal dari trauma yang terjadi pada jaringan tersebut menghasilkan proses aktif fagositosis dan lisis monosit dan pembentukan osteoklas yang membentuk jaringan granulasi. (Berman, 2007). Bentukan dasar kapiler pada bekuan darah akan mengecil dan berubah menjadi arteri untuk mensuplai daerah dimana terjadi fraktur. Proliferasi kapiler terus berlanjut hingga diluar daerah hematoma. Terlihat peningkatan Ca dan resorbsi tulang pada akhir fase ini, banyak disebabkan besarrnya aliran darah.
            Tahapan kedua yaitu reparative phase, keadan ini terjadi sekitar 4-40 hari yaitu proses proliferasi jaringan pembuluh darah sehingga terbentuk vaskularisasi untuk menghasilkan sel-sel fibroblast (Pedersen, 1996) untuk mendukung pembentukan fibrous  callus , hal terjadi pada kurun waktu selama fase reparatif dengan menghasilkan sejumlah banyak fiber kolagen. Dilanjutkan dengan pembentukan  sel tulang keras dan tulang rawan atau callus, sepanjang bagian dalam dan luar tulang yang fraktur. Callus menjadi keras dengan proses endochondral ossification dan mineralisasi dari tulang muda. (Berman, 2007) pada fase awal terbentuk callus ini secara struktural dibandingkan dengan tulang normal dapat dibedakan karena kandungan kalsium yang sangat minimal sehingga secara fisik sangat rentan, bahkan tidak tampak melalui foto radiografik. Callus terbentuk baik bagian luar mauoun dalam dari tulang fraktur. Bagian luar callus dibatasi septum fibrous. Dengan meningkatnya pembuluh darah didalam septa, keadaan hipoksemia menjadi berbalik dan terjadi perubahan segera secara simultan yaitu, Kalsifikasi tulang cartilage yang terbentuk dan terjadi perubahan chondroblas menjadi chondrosit. Dan meningkatnya osteoblast, sedangkan osteoclast menjadi lebih terlihat proses fisiologisnya. Pada saat terbentuknya eksternal callus, Internal callus juga bersamaan diantara dua fragmen tulang juga terjadi. Yaitu dengan pembentukan bony callus tanpa terjadi intermediate fibrocartilage, yaitu dimana osteoblas yang berperan langsung berasal dari endosteum. Fungsi callus adalah sebagai stabilizer pada daerah terjadinya fraktur, callus juga berpengaruh pada peningkatan kelembaban jaringan yang berimplikasi dengan meningkatkan kekuatan dan kekakuan tulang.
            Pembentukan secondary callus, merupakan struktur tulang dewasa yang menggantikan struktur tulang muda yang terbentuk pada kalus primer. Callus ini mengandung lebih banyak kalsium sehingga gambarannya dapat terlihat pada rontgenogram. Pembentukan kalus sekunder ini terlihat mirip seperti pembentukan endochondral yang terjadi pada saat pertumbuhan dan perkembangan dimana callus cartilaginous callus mengalami kalsifikasi menjadi tulang dewasa. Proses ini terjadi selama 30-60 hari.
            Tahapan ketiga yaitu, remodeling phase, keadaan ini terjadi sekitar 40-140 hari setelah trauma. Tulang menyatu kembali dengan terbentuknya tulang lamellar hingga pada akhir tahapan ini didapat bentukan tulang yang menyatu kembali yang kuat. Penyembuhan tulang primer dapat terjadi dengan reduksi yang terbentuk dari segmen-segmen yang yang menyatu, dengan kondisi yang mobilitas minimal atau sama sekali tanpa mobilitas. Keadaan ini dapat dicapai dengan reduksi terbuka dan fiksasi rigid antar gigi. pada penyembuhan tulang sekunder, terdapat jaringan fibrokartilago diantara celah fraktur. Yang kemudian menjadi tulang. (Berman, 2007) Proses remodeling dapat terpacu dengan apabila tulang yang yang fraktur digunakan untuk aktivitas kembali (Pedersen, 1996)
            Penyembuhan dari fraktur tulang alveolar dapat terganggu dengan kondisi, asupan nutrisi yang buruk, kondisi kelainan pada pasien, kelainan endokrin seperti diabetes mellitus, trauma oklusi, fiksasi yang tidak adekuat pada sgmen yang fraktur. Reduksi yang tidak adekuat dapat memungkinkan terjadinya infeksi pada jaringan lunak yang terletak diantara teoian tulang pada fraktur.(Berman, 2007)

Daftar Pustaka:
Berman, Blanco, Cohen. A Clinical Dental Traumatology. 1st ed. Mosby co. Missouri 2007; p:137, 142
Pedersen, Gordon W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih bahasa Purwanto, drg., Basoeseno, MS., drg. EGC. Jakarta. 1996; h.94, 234.
Roberto M S,  Buku Ajar Proses Penyembuhan Fraktur Tulang. Seksi Trauma Bagian Bedah Mulut. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga 2003
Disusun oleh: Ufo Pramigi 020710021

Sabtu, 01 Oktober 2011

Kerinduan sepertiga malam

Sunyi malam ...
Senyap tanpa bunyi ...
Sela awan hitam berarak gelap...
Secercah cahaya terang yang memantul, teduh...
Binatang lalu-lalang sesakkan kehampaan...

Sebatang tubuh tegak berdiri untuk pesan hidupnya...
Sedekap tubuh untuk sebuah harapan...
Tulang bersejajar untuk nilai keikhlasan...
Hingga titik terendah bersiap menemui pemilik jiwaNya
Faa bi ayyiaa laa i rabbikumaa tukadzibaaaan...

Masihkah engkau rindukan kejayaan malam tanpa menemuiNya...
Adakah tertanam keyakinan diri untuk memenuhi majelisNya
Telah diturunkan bersamamu kebaikan seisinya...

dan Telah Ku-hadiahkan kepadamu sebelum hadiah terindah sesungguhnya!!
Penuhilah panggilannya dengan kesiapan yang sebenar-benarnya...


--sejenak menakar usia yang terus berkurang---

Jumat, 01 Juli 2011

Kukendalikan Hatiku




Alkisah, seorang lelaki santun duduk di tepi sungai. Ia sudah beberapa lama tidak makan apapun. Lalu sebutir apel yang terbawa arus itu dipungutnya, dan dimakan. Sesaat kebutuhannya terpenuhi. Namun sesaat kemudian hati kecilnya menggugat. “Apel siapa ini? Mengapa aku memakannya tanpa minta izin?”

Lelaki itu menelusur ke hulu, mencari pemilik apel tersebut. Beberapa jauh kemudian ia menemukan pemiliknya. Ia minta tindakannya memakan apel hanyut tanpa izin pemiliknya tersebut dimaafkan. Abdullah, pemilik kebun, itu bersedia memaafkan dengan syarat tertentu. Yakni agar lelaki itu bersedia menikahi putrinya. “Tapi putriku itu buta, lumpuh, dan bisu,” kata Abdullah.

Lelaki itu mengangguk. Ia siap melakukan pekerjaan halal apapun untuk mendapatkan maaf. Hatinya tidak akan pernah tenang sebelum ia mendapatkan maaf itu. Pernikahan pun dilangsungkan. Sang istri, Fatimah, ternyata seorang gadis luar biasa. Cerdas, cantik, dan sama sekali tidak buta, lumpuh dan bisu. “Ia buta dari perbuatan melihat maksiat, lumpuh dari melangkahkan kaki ke tempat-tempat yang tidak benar, serta bisu dari ucapan yang tidak senonoh,” kata Abdullah. Mereka dikaruniai anak saleh yang kemudian menjadi tokoh besar sufi, Syekh Abdulqadir Jaelani.

Apa yang membuat ayah Abdulqadir Jaelani begitu bersusah payah mencari pemilik apel yang hanyut di sungai? Bukankah si pemilik tak merasa kehilangan bila sebutir apel dari kebunnya yang luas jatuh ke sungai. Ia juga akan merasa maklum jika ada yang memungut apel itu, dan kemudian memakannya. Ia tentu tidak akan mempersoalkan seandainya tahu siapa yang memakan apel itu. Apalagi ia sama sekali tidak tahu siapa yang memakan apel itu, bahkan tidak tahu kalau apelnya hanyut di sungai.

Tidak demikian bagi seorang saleh sejati seperti ayah Abdulqadir Jaelani. Sebutir apel, dalam keadaan sangat lapar, sungguh berarti bagi perutnya. Namun hatinya tidak dapat menerima apel tak bertuan itu. Hatinya terus terjaga dalam keadaan jernih. Noda setitik pun yang akan mengotori kejernihan hati akan membangkitkan mekanisme untuk membuang jauh noda itu, dan mengembalikan kejernihan hati seperti semula. Hati itu menggerakkan kakinya untuk melangkah, menggerakkan bibirnya untuk minta maaf, dan menggerakkan seluruh jiwa raganya untuk menerima persyaratan apapun buat mendapatkan maaf itu.

Apa yang sebenarnya ada pada hati itu sehingga mempunyai daya gerak yang begitu hebat?



Tuhan tidaklah memandang rupa seseorang. Tidak pula memandang bentuk seseorang itu. Namun, Tuhan memandang hati orang tersebut.

Lewat hati manusia pula, Tuhan mengungkapkan kehadirannya pada diri seseorang. Lewat hati seseorang dapat merasakan bahwa Tuhan memang “lebih dekat dibanding urat leher sendiri”. Lewat hati, seseorang dapat merasakan hal yang dalam penggambaran sufistik, “dengan mata-Nya ia melihat, dengan telinga-Nya ia mendengar, dengan tangan-Nya ia menyentuh.”

Sachiko Murata, profesor bidang studi agama di Universitas New York, menilai banyak ayat-ayat kitab suci yang membahas mengenai hati sebagai sentralitas pada diri manusia, Secara harfiah, hati itulah yang akan membalik, mengubah, memaju-mundurkan, serta menaik-turunkan manusia. Tidak berlebihan bila hati dipandang sebagai “lokus kebaikan dan kejahatan, maupun kebenaran-kesalahan.”

Hati yang akan mengendalikan seseorang hingga tenteram atau gelisah. Hati yang akan menentukan seseorang sukses atau tidak dalam mengarungi gelombang hidup. Itu yang menjelaskan mengapa para imam sufi tak henti untuk menekankan pentingnya, latihan tanpa akhir untuk mengendalikan hati.

 ·  · Share · Delete