Senin, 20 Juni 2011

Menata Hati, menuju kehidupan lebih berarti


 Bismillahirrohmanirrohim
“Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ini terdapat segumpal darah. Apabila segumpal darah itu baik, maka baik pula seluruh anggota tubuhnya. Dan apabila segumpal darah itu buruk, maka buruk pula seluruh anggota tubuhnya. Segumpal darah yang aku maksudkan adalah Hati.” (Hadis Riwayat Al-Bukhari)


          Hati, sebuah anugerahNya, dengan adanya Hati kita dapat merasakan indera yang tidak bisa terbaca oleh otak. Hati mengajarkan orang untuk bertindak-tanduk baik dalam kehidupan, Hati pun mengarahkan kehidupan ini untuk menciptakan suasana yang harmonis sebagai makhluk sosial. Hati pun sebiru embun yang memberi kesejukan dan menundukkan amarah dikala manusia menggunakan akal saja dalam menjawab kegalauan hidup. Hati-Hatilah dengan HATI karenanya JAGALAH HATI!
deni-triwardana-hati-kotor (1).jpg          Fase-fase untuk melepaskan diri dari sisi remaja nampaknya sudah diambang gerbang perpisahannya. Mau bukti?? Tentulah saat ini kita sudah tidak berkostum putih abu-abu, hampir hari ini kita sudah semakin dewasa, mulai  mencari sampingan uang saku yang bukan dari kantung orang tua lagi, sebagian sudah punya bisnis kecil-kecilan, bisnis pulsa, bisnis les privat, bisnis kuliner, hingga bisnis skala besar. Tapi mungkin sebagian masih merasakan nikmat di “ketiaki” no problem but not for our future.
          Remaja adalah fase menuju pencarian jati diri yang sudah sedapatnya kita temukan hari ini. Kita temukan untuk loncatan kehidupan selanjutnya yaitu fase kedewasaan. Fase menuju kedewasaan inilah jejak rekam kita harus mantapkan, mulai disiapkan tanah terbaik untuk benih disemai berupa jasadiah serta pikiran yang bersih dan sehat dengan keimanan  kita pada sang Khalik, dibangunnya fasilitas pengairan sebagai penggembur hari-hari kita dengan maksud sebagai ibadah dan amaliah yang terus tanpa henti, ditakarnya pupuk sebagai energi pembangun dan penyegar nutrisi harian kita dengan selalu menyerukan dalam kebenaran dan kesabaran (QS Al Ashr:3), tentunya  anti hama yang terbaik diberikan untuk membentengi dari serangan-serangan perusak diri, perusak tujuan mulia kita, visi utama kita Surga Allah SWT. Lebih dalamnya filosofis ini bagaimana klorofil sebagai pencipta dinamika kehidupan bisa digambarkan sebagai HATI, sebagai pusat pembangun, NYAWA KEHIDUPAN.
          Perumpamaan diatas tak semudah bagaimana dinyatakan dalam kehidupannya. Karena siapa tahu apakah memang Hati dapat berbicara??, mengutarakan kebersihannya atau noda apa yang kita cemarkan. Apakah justru kemungkinan Hati kita telah lama beku, membiru dan tak mampu menyatakan lagi nilai-nilai kebaikan. Naudzubillahi min Dzalik. Saat inilah waktunya perbaikan bagi para pemilik Hati untuk menuju kedewasaan jiwa. Karena itulah kita sudah saatnya meninggalkan jiwa remaja. Karenanya sadarilah……
“Waktu, mengubah kita semua hal kecuali kita. Kita mungkin Menua dengan berjalannya waktu, tetapi belum tentu membijak. Kitalah yang harus mengubah diri kita sendiri.”
`        Sudah sesiap apakah kita mampu membangun diri kita untuk mendewasa?, jika belum, menyadarinya saat ini pun bukan kata terlambat. Karena kita bukan hidup untuk diri ini, melainkan untuk membangun tahapan selanjutnya. Memantaskan pada siapa diri ini layak untuk membangun peradaban kecil yaitu rumah pendidikan –baca:tarbiyah, rumah peradaban yaitu Keluarga. Peradaban akhirat yang didalamnya menjaga tujuan kita, membuka tabir hijab kita pada Allah SWT dan semakin mendekatkan pada akhir pencapaian JannahNya–baca: Surga. Isteri dan anak-anak kita yang akan menghiasi kebaikan rumah kita, yang mendoakan jasad kita yang sudah terbujur kaku, yang semoga kita ditetapkan dalam HATI yang bersih. “ Yaa Muqallibal quluub tsabbit quluubina ‘ alaa diinik” yang artinya Wahai Tuhan yang membolak-balikkan Hati, teguhkanlah Hatiku untuk selalu taat kepada-Mu, Rasululluah SAW pun berdoa padaNya untuk menata HATI.
Sudahkah lengkap HATI ini menjaga segala indera kita hari ini. Ada ungkapan “ghaadul bashaar ilaa ghaadul quluub” artinya menjaga pandangan untuk menjaga Hati. Seperti pada sabda Rasul sebelumnya, Allah SWT lah penguasa HATI kita. Masihkah juga akan kita nodai, kita kotori dengan perbuatan yang bukan menjadi tuntunan Rasululullah?. Atau karena kita masih mendasari keadaan masyarakat umum hari ini dengan tanpa adanya pacar hidup gak seindah yang dibayangkan, mungkin pula mudahnya iri Hati muncul, sedikit saja perasaan dengki tanpa disadari, dan hasad selalu muncul tanpa disadari akan semakin menambah hijab kehidupan kita, hijab untuk tujuan mulia kita, lagi-lagi untuk sepetak SurgaNYA kelak. Wallahu ya’ lamu ma laa tasna’ un
“Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya”" (QS. An-Nuur : 30-31).
          Semoga sekiranya kita bisa membuktikan fase dewasa ini benar-benar dapat menjadikan kita Pria tangguh untuk Isteri dan anak-anak kita. Menjadikan diri kita Wanita terkokoh dalam menjaga lingkungan pendidikan keluarga sejak keluar dari rahimnya, dan semoga anak-anak kita kelak bisa istiqomah membuktikan bahwa dari HATI yang terjaga akan memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat

Disinilah bermula

Mari Membaca dan Menulis!

Bermula dari mengisi kekosongan pikiran. karena mulanya sebuah keyakinan dan ketaatan bagaimana mengelola pikiran menjadi buah yang kezat bagi para penikmatnya.
Al Asnaan secara istilah artinya adalah "Gigi", dengan filosofi kehidupan bagaimana gigi memiliki kemanfaatan besar dalam menjaga keutuhan sistem lain, holistik kehidupan terkandung dalam fungsionalnya. gigi menguatkan arti penting sebuah profesi, gigi membuktikan rahasia Ilahi terkandung didalamnya, yang tak mungkin dapat ditiru makhluknya. gigi adalah layaknya mesin-mesin penggerak, pendorong, perubahan struktural zat yang melewati secara mekanis. gigi menampakan keindahan bagi pemiliknya, gigi menginternalisasikan kekurangan dengan saling mengisi ruang-ruang kepedulian.

Melalui media inilah keinginan untuk menyalurkan daya nalar yang dibalut dengan pemahaman keislaman, kontekstual dalil yang kokoh, kecukupan mengatur tata bahasa, menguatkan saya untuk mencoba menuliskannya kembali. karena banyak manusia terbaik hadir di muka bumi selalu meninggalkan karya terbaiknya. saya ingin menjadi bagian dari manusia terbaik, yang Allah swt tinggikan derajatnya, memuliakan jasad dan ruhnya, melapangkan urusannya dunia dan akhirat. Wallahu ' alam bish showab