Sabtu, 21 Januari 2012


Pertunjukan Wayang Paper Toys (PETO) Sebagai Media Penyuluhan Kebersihan Gigi dan Mulut pada Anak Usia Dini
(Paper Toys (Peto) Puppet Live Show as Media of Dental Hygiene Education in Early Aged Children)
Ufo Pramigi 1*, Herawati 2**, Udijanto Tedjosasongko 2
-------------------
1  Mahasiswa Strata 1 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga BHMN Surabaya-Indonesia
2 Staf Pengajar Departemen Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga BHMN Surabaya-Indonesia

ABSTRACT
Background. The prevalence of dental caries in five years old was 86.4%. Health education played role in change someone's attitude towards personal health as a result of learning experiences. Media serves as a tool for educators that were used in extends the dental health education. It helped a children in developing their cognitive, affective and psychomotor aspect. Purposes. The aim of this study was to find out the different levels of oral hygiene in five years old children. before and after watching a PETO puppet live show. Material and Method. The sample was 35 children, who were taken from Mojo Indah Kindergarten as control group and Muhajirin Kindergarten as experiment group. 15 children from control group were given DHE with conventional method, while 20 children from experiment group were given DHE through PETO puppet live-show. The oral hygiene was measured by using PHP index, before and after brushing their teeth. The measurements were taken on labial, buccal, and lingual surface from six teeth to obtain index score of PHP. Results. There was no significant difference between conventional method and PETO puppet live show, the Significance of P-value: 0.942 ≥ α (0.005). Conclusion . There was not any different level of oral hygiene between PETO puppet show and conventional method. Both media could be used as a media to educate 5 years old children about DHE.


Keyword
Paper Toys (PETO), Brushing Teeth, Children, Puppet Live show

** Correspondence: Herawati, Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Jl. Prof.Dr.Moestopo 47 Surabaya 60132 Indonesia



PENDAHULUAN
            Di Indonesia prevalensi karies gigi menurut kelompok usianya, usia 3 tahun 60%, usia 4 tahun 85%, dan usia 5 tahun 86,4%.1, dan hasil penelitian di DKI Jakarta dan sekitarnya pada usia gigi bercampur ternyata indeks def-t =6.04 yang berarti setiap anak-rata-rata mengalami 6 gigi karies 2, hal ini menjadi permasalahan dengan pendidikan kesehatan usia dini yang kini sedang menjadi perhatian.
Tingginya prevalensi dan kondisi rata-rata karies gigi pada anak usia gigi pergantian dapat menyebabkan dampak negatif bagi kesehatan anak usia dini secara menyeluruh, disamping itu belum adanya media pendidikan kesehatan dini yang sesuai dengan usia perkembangan anak.
Pendidikan kesehatan yang menjadi alat untuk mengubah sikap seseorang terhadap kesehatan pribadinya sebagai hasil pengalaman belajar, yang kemudian dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari 3 Media berfungsi sebagai alat bantu yang dipergunakan pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikannya atau pengajarannya tersebut 4. Media pendidikan yang umumnya disukai oleh anak-anak mengandung gambaran audio-visual yang dipertunjukkan dengan desain yang menarik dan dapat mengembangkan daya imajinasi anak yang dapat ditampilkan dalam bentuk dua dimensi, tiga dimensi, video movie, dan komik. Wayang (PETO). Wayang PETO ini merupakan media pendidikan kesehatan gigi dan mulut dengan metode yang inovatif, interaktif, dan lebih sesuai untuk anak-anak usia 5 tahun. Proses pembuatan Paper Toys termasuk mudah dengan bahan yang sangat sederhana, yaitu hanya membutuhkan kertas sehingga harga pembuatannya sangat terjangkau.5  Untuk mengetahui bagaimana media pendidikan yang sesuai dan dapat menurunkan prevalensi karies. Sehingga media pertunjukan Wayang (Paper Toys) PETO dapat digunakan sebagai media penyuluhan kebersihan gigi dan mulut pada anak usia 5 tahun.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kegunaan pertunjukkan Wayang PETO sebagai media penyuluhan anak usia 5 tahun. Untuk itu dilakukan pengukuran tingkat kebersihan gigi dan mulut sebelum dan sesudah pertunjukkan Wayang PETO pada anak usia 5 tahun.

BAHAN DAN METODE
Penelitian ini adalah eksperimental analitik lapangan di dua taman kanak-kanak di Surabaya yaitu TK Mojo Indah dan TK Muhajirin, dengan subjek penelitian siswa usia 5 tahun keadaan kesehatan umum anak saat sehat dengan tidak ada gangguan penyakit sistemik (Demam, Flu) dan bersedia ikut serta dalam penelitian dan kooperatif dengan disetujui oleh orang tua dengan pengisisan informed consent. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling.
Kemudian diketahui variabel bebas (Independent variable ) penelitian ini adalah keikutsertaan peserta dalam pertunjukkan Wayang PETO yaitu, keterlibatan siswa dalam program kesehatan gigi dan mulut yang dikemas menjadi sebuah pertunjukan Wayang PETO yang bertemakan cara menggosok gigi yang baik dan benar. Untuk kriteria pengukuran yang mengikuti pertunjukan yaitu dengan data yang diambil dari presensi dengan kriteria hadir dan tidak hadir dalam pertunjukan Wayang (Paper toys) PETO.
Kemudian  variabel tidak bebas (Independent variable) perubahan tingkat kebersihan  menggosok gigi. pengukuran terhadap perubahan tingkat kebersihan gigi yang diukur dengan pemeriksaan indeks PHP sebelum dan sesudah dilakukan pertunjukkan. Untuk kriteria pengukuran yaitu menggunakan indeks plak Personal Hygiene Index (PHP). Pengukuran dengan melakukan pengamatan pada kebersihan beberapa gigi yang mewakili keadaan semua gigi subjek penelitian setelah pemberian disclosing agent  dan pengamatan sisa makanan.
            Untuk cara kerjanya yaitu diawali dengan pengumpulan data subjek penelitian untuk menyesuaikan dengan kriteria penelitian. Selanjutnya, diberikan identitas berupa nametag pada subjek penelitian untuk memudahkan pemeriksaan indeks PHP. Untuk kelompok kontrol diberikan materi penyuluhan dengan media poster dan untuk perlakuan diberikan materi pertunjukan Wayang PETO. Setelahnya diberikan pewarnaan gigi dengan disclosing agent ke permukaan gigi subjek penelitian dan dilanjutkan dengan mengukur indeks PHP sebelum gosok gigi. Kemudian subjek penelitian menggosok gigi bersama dan didampingi peneliti. Setelah gosok gigi dilanjutkan dengan mengukur indeks PHP setelah gosok gigi. Selesai aktivitas penelitian kemudian data hasil menggosok gigi dua kelompok sebelum dan sesudah dari uji maupun kontrol dikumpulkan dan dibandingkan rentang perubahan sebelum dan sesudah menggosok gigi dua kelompok kontrol dan dilakukan analisis hasil statistik.
Indeks yang digunakan merupakan Personal Hygiene Performance Index (PHP Index) yaitu hasil pengukuran yang menunjukkan jumlah total skor plak pada gigi yang diperiksa dibagi jumlah total gigi yang diperiksa dengan menggunakan bahan perwarna gigi (disclosing agent) sebagai indikator plak pada permukaan gigi.6
Enam buah gigi yang diperiksa adalah empat gigi posterior dan dua gigi
anterior. Pada bagian posterior digunakan gigi yang telah erupsi mahkota secara sempurna jika belum erupsi digantikan gigi pada sisi mesialnya. Kriteria penilaiannya pada permukaan dibagi tiga subdivisi pengukuran yaitu sisi mesial, tengah dan distal, dengan subdivisi sisi tengah dibagi tiga bagian yaitu, sepertiga insisal atau oklusal, sepertiga tengah dan sepertiga servikal dengan penskor-an 0 untuk keadaan tidak ada plak dan 1 ada plak. Untuk mengetahui Indeks PHP, dijumlahkan total seluruh akumulasi plak pada enam permukaan gigi dibagi jumlah gigi yang diperiksa.   Kriteria penilaian tingkat kebersihan mulut berdasarkan indeks plak PHP (Personal Hygiene Performance), ditentukan kriteria berikut, 0 untuk kriteria sangat baik, 0.1-1.7 untuk kriteria baik, 1.8-3.4
untuk kriteria sedang dan 3.5-5 untuk kriteria buruk.
Data dalam penelitian ini berupa data primer yaitu data yang diambil dari subjek penelitian entang pengetahuan kesehatan dan cara menggosok gigi. Data yang terkumpul dilakukan penskor-an. Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabulasi frekuensi dan dideskripsikan untuk mendapatkan hasil penelitian dan kemudahan untuk dibaca.
Perhitungan statistik digunakan program statistik SPSS ver. 16.0. Analisis data dilakukan secara analitik dengan uji statistik Independent T-test untuk menggambarkan kebersihan  gigi dan mulut subjek penelitian sebelum dan sesudah  pertunjukan Wayang PETO.
HASIL
            Data hasil penelitian keterampilan menggosok gigi antara penyuluhan dengan metode konvensional  di TK Mojo Indah yang dilakukan sebanyak 15 siswa dan pertunjukkan Wayang PETO di TK Muhajirin sebanyak 20 siswa didapatkan indeks PHP (Personal Hygiene Performance Index). Pada tabel 5.1 dapat dilihat  nilai rerata  indeks PHP setiap variabel subjek penelitian sebelum dan sesudah menggosok gigi.


Tabel 5.1 Hasil Tingkat Kebersihan Gigi dan Mulut

No
Kelompok
Rerata
selisih
Signifikansi
Pre-gosok
Post-gosok
Pre-gosok
Post-gosok
1.
Kontrol
2.88
1.64
1.25
0.956
0.911
2.
Perlakuan
1.72
0.50
1.21
0.645
0.793

            Hasil rata-rata indeks PHP pada penyuluhan konvensional sebelum menggosok gigi terdapat penurunan dari nilai rata-rata indeks 2.88 yaitu termasuk kriteria sedang, menjadi sebesar 1.64 nilai rata-rata indeks yaitu termasuk kriteria indeks baik sesudah menggosok gigi. Pada pertunjukan Wayang PETO sebelum menggosok gigi terdapat penurunan indeks PHP sebesar 1.72 nilai rata-rata dengan kriteria sedang menjadi sebesar 0.50 nilai rata-rata indeks yaitu dengan kriteria mendekati keadaan sangat baik.
Untuk menganalisa beda antara dua metode konvensional dan Wayang PETO, dilakukan uji statistik data sebelum menggosok gigi metode konvensional dan Wayang PETO yaitu dengan menggunakan tingkat signifikan : α=0.05, untuk mengukur beda antara dua variabel sebelum menggosok gigi dalam tabel 5.2 didapatkan:
Tabel 5.2: Hasil Analisis Dua Variabel Data Kebersihan Gigi Sebelum Menggosok Gigi

 Variabel
Statistik Uji (thitung)
Derajat bebas (df)
Nilai signifikansi (P-value)
Kebersihan gigi dan mulut sebelum menggosok gigi antara metode konvensional dan metode Wayang PETO

3.004
33
0.005
           
            Hasilnya adalah H0 ditolak, karena P-value < α (0.005). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata kebersihan gigi dan mulut sebelum menggosok gigi antara metode konvensional dan Wayang PETO.

            Setelah didapatkan hasil ada beda rata-rata kebersihan gigi dan mulut sebelum menggosok gigi maka selanjutnya mengukur selisih dari rata-rata indeks  PHP sebelum dan sesudah menggosok gigi, yaitu dengan membandingkan selisih kebersihan gigi sebelum dan sesudah menggosok gigi antara penyuluhan konvensional dengan Wayang PETO. Setelah diukur uji normalitas untuk data selisih ini didapatkan hasil P-value untuk data selisih konvensional dan Wayang PETO berturut-turut adalah 0.484 dan 0.183 yang kemudian untuk analisis beda digunakan metode independent t-Test.
            Dengan tingkat signifikan : α=0.05 dihasilkan uji T Independen sebagai berikut:
Tabel 5.3: Hasil Analisis Selisih Dua Variabel Kebersihan Gigi Metode Konvensional dan Wayang PETO

Variabel
Statistik Uji (thitung)
Derajat bebas (df)
Nilai signifikansi (P-value)
Nilai selisih Kebersihan gigi dan mulut sebelum dan sesudah menggosok gigi antara metode konvensional dan metode Wayang PETO

0.073
33
0.942

            Keputusan: H0 diterima karena P-value > α (0.05), dengan P-value : 0.942. Berdasarkan hasil tersebut keputusan H0 diterima karena P-value > α (0.05).


PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian perbandingan antara sebelum dan sesudah penyuluhan dengan menggunakan metode konvensional dan Wayang PETO, hasil penurunan rata-rata indeks plak menunjukkan hasil yang baik. Hasil rata-rata indeks PHP pada penyuluhan konvensional sebelum menggosok gigi terdapat penurunan dari nilai rata-rata indeks 2.88 yaitu termasuk kriteria sedang, menjadi sebesar 1.64 nilai rata-rata indeks yaitu termasuk kriteria indeks baik sesudah menggosok gigi. Pada pertunjukan Wayang PETO sebelum menggosok gigi terdapat penurunan indeks PHP sebesar 1.72 nilai rata-rata dengan kriteria sedang menjadi sebesar 0.50 nilai rata-rata indeks yaitu dengan kriteria mendekati keadaan sangat baik.
            Berdasarkan analisis statistik kesimpulannya tidak memiliki perbedaan signifikan antara metode konvensional dengan  metode Wayang PETO. Dengan hasil tersebut menyatakan bahwa metode pertunjukkan Wayang PETO dapat digunakan sebagai media penyuluhan kesehatan gigi dan mulut terutama pengajaran menggosok gigi kepada anak usia 5 tahun.
            Melalui pertunjukan Wayang PETO media penyampaian yang ditampilkan dapat menarik perhatian dengan terpusatnya perhatian anak dalam mendengarkan informasi kesehatan gigi dan  mulut. pendekatan visual, auditori dan membuat perhatian anak terpusat pada Wayang PETO, dengan daya tarik yang berbeda dibandingkan metode konvensional. Tetapi ada beberapa hal yang perlu diketahui pada pertunjukan Wayang PETO yaitu, beberapa siswa belum melakukan dengan sempurna cara menggosok gigi; kurang terkondisinya pada saat pertunjukkan sehingga fokus pada cerita terganggu; cara penyampaian pertunjukan memiliki kekurangan dalam pendekatan konsentrasi pada anak-anak; cerita perlu disesuaikan dengan daya tahan konsentrasi anak. Masalah yang sama juga didapatkan pada penyuluhan konvensional yang tidak dapat memberikan melakukan pendekatan pada anak berupa metode cerita terhadap keadaan kesehatan gigi dan mulut dan cenderung kaku dan membosankan. Seharusnya informasi penyuluhan kebersihan gigi dan mulut ini harus menimbulkan motivasi dan tanggung jawab anak untuk memelihara kesehatan mulutnya. 7. Sehingga perlunya penyesuaian metode Wayang PETO agar dapat diberikan secara optimal pada anak usia 5 tahun.
            Menurut Piaget pada periode waktu usia 5 tahun, anak-anak tampaknya begitu yakin tentang pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi mereka mengatakan bahwa mengetahui sesuatu, tetapi mengetahuinya dengan cara tidak menggunakan pemikiran rasional.8 Dari kemampuan kognitif tersebut kemampuan seorang anak dapat mengetahui pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut namun secara aplikasinya dalam aktivitas menggosok gigi belum tentu berhasil membersihkan gigi secara baik dan benar.
            Dalam mengamati kemampuan menggosok gigi, subjek penelitian pada dua metode tersebut, perlu diketahui perkembangan motoriknya yaitu, anak-anak saat menggosok gigi geligi merupakan keterampilan motorik, namun menggunakan keterampilan tersebut sebagai bagian dari aktivitas membersihkan gigi dan mulut adalah pola motorik. Maksudnya, dalam membangun perkembangan motorik anak dalam kebersihan gigi dan mulut, keterampilan menggosok gigi merupakan upaya untuk pola hidup sehat terhadap perilaku dalam meningkatkan kebersihan rongga mulut.8
            Selanjutnya adalah generalisasi aktivitas motorik, perlu diketahui hal penting bagi  keberhasilan belajar anak di sekolah yaitu, fungsi Lokomosi (Locomotion). Hal yang memungkinkan anak mengamati hubungan antar berbagai objek dalam ruangan melalui aktivitas gerak untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungan sekitar.  Aktivitas pada penelitian ini berupa menjaga kebersihan gigi dan mulut serta memungkinkan anak dapat menyempurnakan cara menggosok gigi dengan menentukan sifat ruang sekitar dan hubungannya dengan berbagai objek. Kemudian, untuk aktivitas menerima (received) informasi tentang objek-objek pengetahuan dan keterampilan cara membersihkan gigi dan mulut yang masuk ke diri anak. Selanjutnya aktivitas melepas (propolsion) dengan menunjukan aktivitas  anak melakukan observasi terhadap berbagai objek yang  meninggalkan diri mereka,  dengan menggabungkan berbagai gerak dan observasi   tersebut, anak akan menemukan  gerakan lateral pada diri mereka, seperti atas-bawah, belakang-depan, dan kiri-kanan, hal ini mendukung bagaimana kemampuan menggosok gigi dalam mengorganisasikan gerak dan observasi.8
            Wayang PETO menyajikan penyuluhan dalam bentuk cerita yang bertujuan untuk membangun konsep persepsi pendidikan kesehatan gigi dan mulut terhadap anak yaitu, modalitas – perseptual (perceptual modality concept), kesukaan belajar melalui indera  disebut dengan gaya belajar (learning styles), atau modalitas anak dalam belajar, yaitu melalui pendengaran (tipe auditif), penglihatan (tipe visual) perabaan (tipe taktil) dan gerak (tipe kinestetik).8 Hal tersebut menjadi pembeda dari metode konvensional yang penyampaiannya terbatas menggunakan alat-alat yang kurang mencakup hal tersebut.
            Menurut, Kpehart (teori learning disabilities- perceptual aspects  of learning disabilities): “anak yang belum memiliki pengalaman untuk menginternalisasikan suatu skema dunia yang komprehensif  dan konsisten, mereka belum dapat mengorganisasi suatu sistem pemrosesan informasi, dan secara motorik, perseptual, maupun kognisi mereka mengalami disintegrasi “ Anak yang mengalami kesulitan belajar ia belum memiliki dunia perseptual motor yang mantap dan dapat diandalkan. Mereka mengalami permasalahan dalam tugas-tugas simbolik karena mereka memiliki suatu orientasi yang tidak memadai. Terutama tentang dimensi-dimensi keruangan dan waktu.8.  Untuk itu, melalui Pertunjukan Wayang PETO berupaya mengorganisasikan suatu sistem kognisi dalam berpikir secara komprehensif secara motorik perseptual sehingga masalah dari teori belajar tersebut dapat diselesaikan, karena Wayang PETO terkait konsep pendekatan persepsi yaitu seorang anak yang memiliki kesulitan belajar karena tidak dapat melakukan transfer informasi dari suatu sistem perseptual ke sistem perseptual yang lain.  Dengan media Wayang PETO, transfer informasi yang diharapkan, mencakup integrasi dan  aktivitas Auditoris – verbal ke motor dengan menginstruksikan anak untuk melakukan gerakan-gerakan tertentu untuk menggosok gigi dengan cara yang benar, Wayang PETO membantu secara konsep persepsi penyampaian yang tepat dalam bentuk cerita yang didalamnya ada tokoh karakter yang dapat menggambarkan kondisi ruang dan waktu terhadap transfer informasi 8
            Berdasarkan hasil penelitian penyuluhan konvensional dengan pertunjukan Wayang PETO pada anak usia 5 tahun di TK Mojo Indah dan TK Muhajirin dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan media pertunjukan Wayang PETO tidak ada perbedaan tingkat kebersihan gigi dan mulut pada anak usia 5 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
1.      Suryawati S, Tantur Syahdrajat, Tri Handayani, Titiek Resmisari, Sri Wahyuni.. Prevalensi Karies pada Usia 3-5 tahun. Jurnal Medika. 2003

2.      Soehewin M. The differences level of CFU of mutans streptococci in plaque of schoolchildren during fasting and non-fasting. KPPIKG 2009 15th Scientific Meeting & Refresher Course in Dentistry Faculty of Dentistry Universitas Indonesia

3.      Herijulianti, E. Indriani, T.S., dan Artini S. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC. 2001: 5-6, 67-68

4.      Astoeti, T.E. Total Quality Management dalam Pendidikan Kesehatan Gigi di Sekolah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006


  1. Noppy. Paper toys, Dari Hobi Jadi Duit. 2009 Diakses pada 9 Mei 2010 dari http://www.kapanlagi.com/a/paper-toys-dari-hobi-jadi-duit.html.

6.      Forrester, D. J., M. L.Wagner., and J. Fleming. Pediatric dental medicine. Philadelphia: Lea & febiger. 1981: 377-387.

7.      Angela. A. Pencegahan Primer pada Anak yang Beresiko Karies Tinggi. Majalah Kedokteran Gigi (Dental Journal )Universitas Airlangga. 2005. 38(3): 130-134



Tidak ada komentar: